Rabu, 25 Oktober 2017

Berita Sekitar Kita


MENCUKUR ITU HOBI  YANG BERUANG
Tukang cukur yang sedang mencukur pelanggannya


Cuaca sore menuju petang begitu indah. Suara mesin cukur terdengar begitu nyaring. Beberapa orang antri ingin merapikan rambut agar terlihat lebih menarik dan rapi. Pencukur menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mencukur rambut. “Alat-alat yang saya gunakan untuk mencukur ada sisir, bergas, pisau/silet, kuas, gunting, air, cermin, bedak, sabun, kain untuk pelanggan, dan juga kursi”, tungkas Kadek Arsana pencukur rambut di desa Jineng Dalem. Terlihat pelanggan meminta pencukur itu untuk memotong rambutnya dibagian pinggir saja. “Biasanya pelanggan meminta model mohak, klem, jepang, biasa, polisi, dan juga sesuai seleranya mereka”, tungkasnya kembali sambil mencukur rambut pelanggannya.
Matahari telah menenggelamkan dirinya. Bulan mulai muncul yang menandakan hari sudah malam. Namun pencukur itu masih aktif mencukur pelanggan dengan gunting dan bergas ditangannya. “Saya sangat hobi mencukur, selain sebagai sambilan, pekerjaan ini juga menghasilkan uang”, tegas pencukur paruh baya tersebut. “Biasanya pelanggan yang datang sekitar 10 orang perharinya, kalau masalah lama mencukur, saya paling lama mencukur 15 menit, tergantung juga dari permintaan pelanggan”, tungkasnya kembali sambil memberikan bedak pada pelanggan.
Pencukur itu begitu fasih dalam hal mencukur. Pelanggan terlihat merasa puas atas cukurannya. “Saya tidak pernah ikut pelatihan mencukur, saya bisa sendiri dan biasanya saya melihat cara orang mencukur rambut dengan baik”, tegas Kadek Arsana kembali. “Saya sudah senang mencukur rambut sejak saya SMA yaitu sekitar tahun 1991, namun saat itu saya masih di panggil dari satu tempat ke tempat lain”, tungkasnya kembali dengan peluh yang menetes di pipinya.
Tempat yang tidak begitu luas dimanfaatkan oleh pencukur tersebut. Tempat yang disediakan bersih dan nyaman. “Saat ini tempat saya mencukur ini sudah milik sendiri, dahulu baru kontrak tempat”, tungkasnya kembali. Waktu begitu cepat berlalu. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.00 Wita. Namun pelanggan masih ada yang antri. “Jam buka saya yaitu dari jam 15.00-21.00 Wita, karena paginya saya kerja di sekolah” tungkasnya sambil memperhatikan rambut pelanggannya. “Limbah sisa cukuran itu saya buang ke TPA, karena sudah tidak berfungsi lagi”, Tegasnya kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lukisan Tembok

Seni Lukis Tembok Menurut Kuntjaraningrat, Kesenian ialah kompleks dari berbagai ide-ide, norma-norma, gagasan, nilai-nilai, serta per...